Sudah tiga semester kita menggunakan (kurtilas) kurikulum 2013, namun
apa yang terjadi? Melalui sebuah evaluasi di awal pemerintahan baru menjelang awal
semester 2 tahun 2014/2015 pemberlakuan kurikulum 2013 mulai menuai
permasalahan dari mulai buku pegangan, sarana dan tak terkecuali masalah
penilaian, sehingga evaluasi tersebut menghasilkan sebuah kebijakan sekolah
mana yang dapat melanjutkan atau yang kembali ke KTSP 2006 dengan keluarnya
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 160 Tahun
2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum
Tahun 2006 dan Kurikulum 2013.
Sebuah konstruksi yang bagus dimana ada sebuah sistem yang mengelola
data sekolah atau kita mengenalnya dengan Dapodik sebagai salah satu alat
penjaringan dari sekolah sekolah yang tersebar dari sabang sampai merauke
tentunya yang memiliki akses koneksi internet dalam rangka pengiriman datanya.
Penggunaan kurikulum termasuk dalam data Dapodik, sehingga implementasi
Permendikbud tersebut dapat secara otomatis diketahui sekolah mana yang masuk
dalam kriteria permendikbud tersebut. Alhasil pengiriman data dari sekolah oleh
masing-masing operator menjadi pangkal hasil keputusan pemberlakuan tersebut. Namun
ternyata di setiap sekolah semenjak diberlakukannya kurikulum 2013 yaitu pada
tahun pelajaran 2013/2014 di kelas I dan IV kemudian di tahun pelajaran
2014/2015 berlanjut ke kelas II dan V namun kemudian di semester II ketentuan
kembali merubah segala harapan dan keinginanan setiap sekolah dalam rangka menjalankan
kegiatan belajar mengajar.
Sebuah desain kurikulum diyakini banyak orang akan membawa sebuah perubahan bagi para siswa
generasi muda generasi penerus bangsa khususnya dalam kepribadian dan
kecerdasan. Sungguh sebuah visi yang cukup mulia dimana kita memang sedang
membutuhkan sebuah formula dalam rangka peningkatan sumber daya manusia
Indonesia. Namun apa yang terjadi mampukah kita merubah mindset kebanyakan
orang bahwa pintar adalah tujuan sekolah dan nilai adalah tolak ukurnya. Sungguh
tantangan yang amat besar dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Negara
kita.
Sungguh sebuah keinginan semenjak awal adanya kurikulum hingga saat
ini, satu yang dibutuhkan kepedulian. Peduli terhadap anak-anak kita, anak yang
penuh dengan cita-cita. Ada beberapa komponen yang menyokong suksesnya
pendidikan yaitu orang tua, lingkungan dan sekolah itu sendiri. Mari kita
sama-sama peduli, peduli terhadap apa yang kita lihat dalam keseharian terhadap
anak-anak kita, benarkah perilaku mereka, sudahkah mereka mengerti apa makna
dari pelajaran di sekolah.
Sungguh sedih di saat banyak terjadi permasalahan pada anak-anak kita,
kita hanya disibukan dengan opini-opini kurikulum. Sungguh di sekolah tumpuan
mereka mencari apa yang baik dan benar di hati dan pikirannya. Jadilah kita
semua pendidik bagi mereka, dengan mengajarkan sesuatu yang baik agar mereka
mampu menanamkan sikap yang mulia di dalam lingkungan mereka.